Oklahoma City Thunder dan Kebangkitan Tim Small Market: Formula Juara NBA Tanpa Tim Super

Dipost 2 hari 12 jam yang lalu

Oklahoma City Thunder, meski merupakan salah satu tim termuda dalam sejarah NBA secara organisasi, telah membuktikan diri sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan. Didirikan secara resmi setelah pindah dari Seattle Supersonics pada 2008, Thunder langsung menorehkan sejarah hanya empat musim setelahnya dengan melaju ke Final NBA 2012.

Menariknya, kekuatan utama mereka kala itu datang dari proses Draft — Kevin Durant, Russell Westbrook, James Harden, hingga Serge Ibaka — bukan hasil dari pembentukan tim super seperti yang menjadi tren saat itu. Kesuksesan Thunder 2012 menjadi tonggak penting dalam pergeseran strategi banyak tim NBA.

Namun, tren pembentukan "super team" tetap menguat setelah Miami Heat mendominasi era awal 2010-an dengan trio LeBron James, Dwyane Wade, dan Chris Bosh. Model ini bahkan diikuti oleh LeBron saat kembali ke Cavaliers dan kemudian ke Lakers.

Sementara itu, Golden State Warriors juga sempat bergeser dari formula Draft ke perekrutan bintang seperti Kevin Durant demi mempertahankan dominasi.  

Baca Juga:

https://www.esnline.com/post/anthony-edwards-julius-randle-bawa-timberwolves-ungguli-warriors-3-1 Seiring berjalannya waktu, banyak tim mulai menyadari bahwa membangun dari Draft dan mengembangkan talenta internal justru bisa menghasilkan keberhasilan yang lebih berkelanjutan.

Contoh terbaik datang dari Milwaukee Bucks yang mengorbitkan Giannis Antetokounmpo dan Khris Middleton menjadi All-Star dari pemain biasa. Warriors pun kembali ke jalur Draft pasca-kepergian Durant, dan berhasil menjadi juara lagi dengan nama-nama seperti Jordan Poole dan Andrew Wiggins sebagai pelengkap skuad Curry, Klay, dan Draymond.

Thunder kembali memperlihatkan potensi luar biasa di musim 2024–2025. Dengan Shai Gilgeous-Alexander sebagai pemimpin tim — hasil dari pertukaran Paul George — serta talenta muda seperti Jalen Williams, Chet Holmgren, dan Lu Dort, Thunder menunjukkan bahwa kesabaran dalam membangun skuad bisa menjadi kunci.

Penambahan veteran berpengalaman seperti Alex Caruso dan Isaiah Hartenstein semakin memperkuat kedalaman tim. Di bawah arahan Mark Daigneault, Thunder bahkan menemukan kesuksesan dengan rotasi kecil dan fleksibel yang mampu menaklukkan berbagai gaya bermain lawan.

Calon lawan Thunder di Final NBA pun menarik. Baik New York Knicks dengan pendekatan tim super melalui free agency dan trade, maupun Indiana Pacers yang memilih filosofi berbeda — kombinasi pemain Draft, pertukaran cerdas, dan adaptasi filosofi bermain cepat dan efisien.

Jika Pacers melaju, akan tercipta Final antara dua tim small market, sesuatu yang sangat langka dalam sejarah NBA modern.  

Baca Juga:

https://www.esnline.com/post/thunder-hancurkan-nuggets-di-gim-2-samakan-kedudukan-playoff-2025 Kesuksesan Thunder sejauh ini menjadi bukti bahwa strategi membangun tim dari bawah, dengan Draft yang cermat dan pengembangan pemain yang konsisten, bisa menyamai — bahkan melampaui — keberhasilan tim super.

Formula ini tidak hanya relevan secara kompetitif, tetapi juga secara finansial bagi tim-tim dari pasar kecil. Seiring semakin banyak organisasi NBA belajar dari Thunder dan Pacers, era baru tanpa dominasi super team mungkin akan segera dimulai.